Malam Selikuran: "Tradisi Menyambut Lailatul Qodar"

16 Juni 2017 07:00:56 WIB

Karangmojo (Sida Samekta)- Menyambut datangnya malam Lailatul Qadar, sebagian masyarakat Desa Karagmojo menggelar Tasyakuran Selikuran atau tanggal 21 Ramadan. Tradisi yang diyakini berjalan sejak masa Wali Songo dan berlanjut pada periode awal Mataram Islam ini bayak diisi oleh warga masyarakat dengan membuat sedekah.

Sumiran Tokoh masyarakat dari dusun Gatak mengatakan, “malam selikuran atau 21 Ramadan merupakan tradisi menyambut malam Lailatul Qadar masyarakat Jawa”. Selikuran sendiri berarti 21 jika dalam Bahasa Indonesia.

“Selikuran itu turunnya wahyu seribu bulan,” kata Sumiran saat ditemui di acara safari tarowih  putara kedua Pemdes Karangmojo di Masjid Al-Hikmah Ngrombo 2 Kamis (15/6/2017).

“Selikuran ini merupakan momen penting untuk umat Islam,” terangnya.

Sehingga setiap malam selikuran masyarakat jawa umumya, dan masyarakat desa Karangmojo  selalu memperingatinya dengan membuat dan membawa sedekah ke masjid-masjid, surau dan di balai-balai pedukuhan.

“Masyarakat Karangmojo selalu  memperingati malam selikuran setiap tahunnya. Masyarakat juga selalu membawa sedekah ke masjid-masjid, surau dan di balai-balai pedukuhan, sedekah tersebut sebagai simbol doa” kata Sumiran.

Belum ada komentar atas artikel ini, silakan tuliskan dalam formulir berikut ini

Formulir Penulisan Komentar

Nama
Alamat e-mail
Kode Keamanan
Komentar
 

Pencarian

Komentar Terkini

Media Sosial

FacebookTwitterGoogle PlussYoutubeInstagram

Statistik Kunjungan

Hari ini
Kemarin
Pengunjung

Aduan Masyarakat

Keluhan Warga
Silahkan sampaikan keluh kesah anda dengan mengisi formulir secara lengkap

Obrolan Warga Karangmojo