TKI: “Pahlawan Devisa yang terlupa”
wibiyanto 16 Juli 2016 01:19:11 WIB
Realita yang menuntut Dwi Niawati harus mengadu nasib di perantauan. Jauh dari sanak saudara, bahasa dan budaya yang berbeda, serta penyesuaian terhadap lingkungan baru. Itulah sekelumit gambaran kehidupan para pekerja Indonesia yang bekerja di luar negeri. Seandainya di dalam negeri terdapat jenis pekerjaan dan penghasilan yang sama, “Saya yakin saudara-saudara kita akan bekerja di dalam negari. Kita harus menerima kondisi seperti ini sebagai fakta,”
Persoalan TKI sebetulnya berasal dari dalam negeri. Penyimpangan mulai proses rekrutmen, pelatihan serta pengujian kesehatan, pengurusan dokumen, proses penempatan di negara tujuan hingga pemulangan. Banyak TKI yang dikirim tidak memenuhi persyaratan standar, tidak dibekali dengan keterampilan yang memadai dll.
Beberapa pokok permasalahan yang mendorong penyimpangan penempatan dan perlindungan TKI di luar negeri antara lain:
Pertama, rekrutmen TKI yang belum didukung oleh proses yang valid dan transparan. "Sehingga tidak ada jaminan kepastian, keadilan dan perlindungan TKI," ujarnya.
Kedua, penyiapan tenaga kerja yang sehat, mampu dan teruji kurang didukung kebijakan yang tegas. Juga sistem pelatihan dan pemeriksaan yang terintegrasi, serta pengawasan yang periodik dan konsisten.
Ketiga, penyiapan tenaga kerja yang legal dan prosedural kurang didukung kebijakan yang tegas, sistem yang terintegrasi, serta penegakan aturan yang tegas dan konsisten.
Keempat, penyelenggaraan asuransi untuk para TKI belum memberikan perlindungan secara adil, pasti, dan transparan.
Kelima, data penempatan TKI yang tidak akurat, sehingga tidak membantu upaya perlindungan TKI di luar negeri.
"Sangat ironis. Tapi itulah kenyataan yang terjadi saat ini, meskipun persentase TKI yang bermasalah jauh lebih kecil dibanding dengan yang berhasil. Menghadapi kondisi seperti itu, sangat tidak elegant kalau kita justru mencari-cari siapa yang salah, tetapi marilah kita semua bahu membahu dan bekerjasama untuk bekerja lebih keras, jujur dan berbuat benar agar program penempatan TKI lebih baik. Agar kasus seperti yang menimpa dwi Niawati tidak terulang lagi.
Komentar atas TKI: “Pahlawan Devisa yang terlupa”
mbah bambang saya sendiri adalah mantan TKI
Bekerja di LN sebagai PRT merupakan sebuah pilihan dalam konteks KETERPAKSAAN. Penduduk / Warga Negara Indonesia yang sukses terlalu banyak. Tetapi yang peduli merekrut PRT, kemudian mengupah, sesuai harkat kemanusiaan terlalu sedikit. PRT yang harus lari ke LN adalah korban dari KETIDAKPEDULIAN bangsa sendiri.
Formulir Penulisan Komentar
Pencarian
Komentar Terkini
Statistik Kunjungan
Hari ini | ![]() ![]() ![]() ![]() ![]() ![]() ![]() ![]() ![]() |
Kemarin | ![]() ![]() ![]() ![]() ![]() ![]() ![]() ![]() ![]() |
Pengunjung | ![]() ![]() ![]() ![]() ![]() ![]() ![]() ![]() ![]() |
- KEGIATAN GERMAS DI KALURAHAN KARANGMOJO BERSAMA MASYARAKAT, KADER DAN KKN UNY 30 MEI 2025
- KIRAB BUDAYA DALAM RANGKA RASUL PADUKUHAN BULU RABU 28 MEI 2025
- KEGIATAN MENINDAKLANJUTI RTLH DI KARANGDUWET 1 BERSAMA BUPATI GUNUNGKIDUL
- KOORDINASI RUTIN DAN APEL PAGI HARI SENIN 26 MEI 2025 DI KALURAHAN KARANGMOJO
- KEGIATAN PENINGKATAN KAPASITAS BUMKAL KARANGMOJO 21 MEI 2025
- KEGIATAN MUSKALSUS PEMBENTUKAN KOPERASI MERAH PUTIH KALURAHAN KARANGMOJO RABU 21 MEI 2025
- KOORDINASI RUTIN DAN APEL PAGI HARI SENIN 19 MEI 2025 DI KALURAHAN KARANGMOJO