Budidaya Bawang Merah Dalam Polybag

wibiyanto 11 November 2017 06:45:43 WIB

Mitra Tani- Semakin meningkatnya permintaan pasar akan komoditas bawang merah membuat komoditas ini kini menjadi salah satu komoditas strategis yang mendapat perhatian khusus dari Kementerian Pertanian. Lonjakan permintaan konsumen juga biasa terjadi pada momen-momen tertentu seperti menjelang hari raya, dan itu harus diantisipasi dengan kecukupan produksi yang dapat menjamin ketersediaan pasar. Melalui program Upsus Pajale Babe (Padi, Jagung, Kedele, Bawang Merah dan Cabe), Kementerian Pertanian melalui Direktorat Jenderal Hortikultura terus berupaya agar pengembangan komoditas bawang merah bisa merata di seluruh daerah di Indonesia. Dengan pemerataan areal tersebut, kontinuitas produksi dapat terjaga dan fluktuasi harga tidak terlalu mencolok. Kalau selama ini orang hanya mengenal bawang merah Brebes, sekarang komoditas ini sudah mulai berkembang hampir di semua daerah karena komoditas ini bisa dibudidayakan di dataran rendah maupun dataran tinggi.

Budi daya bawang merah dapat dilakukan pada lahan kering maupun lahan sawah pada saat tidak ditanami padi, namun untuk lahan sawah, harus diperhatikan drainasenya. Secara umum, bawang merah biasa dibudidayakan di lahan terbuka yang berbentuk hamparan, baik dengan menggunakan mulsa maupun tidak. Penggunaan mulsa plastik memang dapat menghambat pertumbuhan gulma, tapi tentu saja biaya produksinya menjadi lebih mahal, sementara jika tidak menggunakan mulsa, pertumbuhan gulma akan angat cepat dan butuh tenaga ekstra untuk menyiangi tanaman bawang ini dari gangguan gulma tersebut. Dengan asumsi seperti itu, berarti budi daya bawang merah membutuhkan lahan terbuka yang cukup luas.

Tapi benarkah bawang merah tidak dapat dibudidayakan di lahan sempit? Seorang penyuluh pertanian di Kabupaten Aceh Tengah telah membuktikan sendiri bahwa bawang merah dapat dibudidayakan pada lahan sempit, bahkan di sela-sela bebatuan yang ada di sekitar tempat tinggalnya.

Budi daya bawang merah dalam polybag

Kaslil, memang seorang penyuluh pertanian yang kreatif, penyuluh yang sudah 8 tahun bertugas di wilayah Kecamatan Lut Tawar, Aceh Tengah ini memang sudah sangat paham dengan seluk-beluk budi daya bawang merah berkat pengalamannya selama bertahun-tahun. Selain membina dan memberikan penyuluhan kepada petani bawang merah di wilayah binaannya, dia juga langsung mempraktikkan sendiri budi daya bawang merah ini baik di lahan pertanian miliknya sendiri maupun di lahan sawah yang dipinjam atau disewa dari petani pada saat musim bera (tidak ditanami padi). Selain sebagai percontohan bagi petani binaannya, budi daya bawang merah yang dilakukannya juga dapat menopang kebutuhan keluarganya karena sampai saat ini dia masih berstatus penyuluh kontrak dengan honor yang “pas-pasan”.

Dalam membudidayakan bawang merah, Kaslil tidak pernah main-main. Dia melakukannya dengan intensif sehingga hasil yang didapatkannya juga sangat memuaskan baik dari segi kualitas maupun kuantitas. Bahkan bawang merah hasil dari budi daya yang dilakukan oleh penyuluh pertanian ini berhasil menyabet gelar Juara 3 dalam Kontes Hortikultura Nusantara yang diselenggarakan dalam ajang Penas XV beberapa waktu yang lalu.

Ketika musim bersawah tiba, Kaslil cukup kesulitan untuk mencari lahan budi daya bawang merah karena nyaris semua lahan sawah sedang ditanami padi oleh pemiliknya. Ini yang kemudian mengilhami Kaslil untuk membudidayakan bawang merah di sekitar rumah tempat tinggalnya. Namun, untuk budi daya langsung pada lahan pekarangan tersebut jelas tidak memungkinkan karena pekarangan rumahnya yang berada tepat di pinggir Danau Laut Tawar itu berupa bebatuan keras yang tidak mungkin untuk ditanami. Awalnya, tanpa sengaja dia memperhatikan tanaman hias yang ditanam istrinya dalam pot maupun polybag, ternyata jika diberi pupuk dengan jumlah yang memadai dapat tumbuh dengan baik. Dari situlah timbul ide untuk mencoba budi daya bawang merah menggunakan media tanam polybag. Karena rumpun bawang merah tidak terlalu besar, polybag ukuran sedang pun sudah cukup untuk media tanam.

Mulailah dia mengisi polybag-polybag yang sudah dia persiapkan dengan campuran tanah dan pupuk kandang, kemudian dia menyusun polybag-polybag tersebut di sisi timur, utara, dan selatan rumahnya. Ini dimaksudkan agar polybag tersebut dapat langsung menerima penyinaran matahari pada pagi hari yang dapat merangsang pertumbuhan tanaman. Sebagai pembudidaya bawang merah, Kaslil selalu menyediakan bibit bawang di rumahnya. Jadi, dia tidak perlu mencari bibit untuk ditanam dalam polybag tersebut. Karena luas lahannya yang sangat terbatas, Kaslil hanya bisa menanam sekitar 3 kilogram bibit bawang merah dalam jajaran polybag-polybag itu. Hitung-hitung ini uji coba, begitu yang terpikir dalam benaknya ketika mulai menanam bibit bawang itu ke dalam polybag.

Meski menanam bawangnya hanya dalam polybag, Kaslil tetap memberikan perlakuan yang sama dengan budi daya di lahan terbuka, yaitu melakukan pemupukan, penyiraman dan penyiangan gulma serta pengendalian hama dan penyakit. Lahan yang relatif sempit dan berada sangat dekat dengan tempat tinggalnya justru memudahkan dia untuk memantau tanamannya setiap saat sehingga bawang merah yang ditanam dalam polybag itu dapat tumbuh optimal. Namun, karena sifatnya masih coba-coba, Kaslil tidak begitu berharap hasil dari budi daya dalam polybag ini, apalagi ini hanya menjadi aktivitas sampingan karena dia juga terus melakukan aktivitas rutin sebagai penyuluh di wilayah kerjanya.

Memasuki umur 70 hari, tanaman bawang dalam polybag sudah menunjukkan ketuaaanya dan sudah siap untuk dipanen. Di situ dia malah merasa terkejut sendiri karena tanpa diduga bawang merah yang ditanam dalam polybag itu ternyata mampu berproduksi optimal menyamai produktivitas tanaman yang ditanam di lahan terbuka. Dari 3 kilogram bibit bawang yang ditanamnya, dia bisa memanen tidak kurang dari 50 kilogram bawang merah dengan kualitas baik. Kebetulan harga bawang di pasaran juga sedang bagus karena saat ini memang sedang menjelang lebaran, Kaslil bisa me”lego” hasil panen bawangnya dengan harga Rp 15.000,- per kilogramnya. Hasil kerja coba-cobanya ini tentu cukup membantu dia memenuhi sebagian kebutuhan hari raya Idul Fitri keluarganya kali ini.

Meski awalnya hanya coba-coba, kreativitas yang telah dilakukan oleh penyuluh pertanian cerdik ini merupakan terobosan baru dalam budi daya bawang merah. Tanpa sengaja, dia telah menunjukkan bahwa lahan sempit bukanlah kendala untuk membudidayakan bawang merah, dan ini bisa dilakukan oleh siapa saja, termasuk warga perkotaan yang rata-rata lahan pekarangan mereka terbatas. Dari analisis usaha tani, budi daya bawang merah dalam polybag ini juga sangat menguntungkan. Hanya bermodal 5 kilogram plastik polybag ukuran sedang, 3 kilogram bibit bawang dan sedikit pupuk, bisa menghasilkan 50 kilogram bawang merah. Kalau dihitung-hitung, menurut Kaslil modal yang dia keluarkan tidak sampai 200 ribu rupiah, sementara hasil yang dia dapatkan bisa mencapai 750 ribu rupiah.

Bagi keluarga di wilayah perkotaan, budi daya bawang merah dalam polybag seperti yang dicontohkan Kaslil ini tentu akan sangat membantu menghemat pengeluaran keluarga. Kreativitas terkadang lahir dari ketidaksengajaan. Namun, setiap kreativitas pasti akan membawa manfaat baik bagi si empunya kreativitas maupun bagi orang lain. Namun demikian, hanya orang-orang yang punya pemikiran cerdas yang mampu menghasilkan kreativitas, dan Kaslil adalah salah satunya.

Belum ada komentar atas artikel ini, silakan tuliskan dalam formulir berikut ini

Formulir Penulisan Komentar

Nama
Alamat e-mail
Kode Keamanan
Komentar
 

Pencarian

Komentar Terkini

Media Sosial

FacebookTwitterGoogle PlussYoutubeInstagram

Statistik Kunjungan

Hari ini
Kemarin
Pengunjung

Aduan Masyarakat

Keluhan Warga
Silahkan sampaikan keluh kesah anda dengan mengisi formulir secara lengkap

Obrolan Warga Karangmojo