Kalurahan Karangmojo

Karangmojo (Sida Samekta)- Program PTSL yang dulunya bernama Prona adalah ibarat durian runtuh atau berkah buat warga. Kadya kajugrugan wukir sari, kebenan seganten madu, prasasat kelem karoban ing memanis. Tak pelak, warga sangat antusias menyambut dengan kedua lengan membentang.

Juru ukur, sebagai ujung tombak pengumpulan data, sebagai garda terdepan perhelatan ini adalah orang pertama yang terguyur rasa syukur. Merekalah yang kerap kali terkena getah manis ungkapan rasa terima kasih warga.

Pelaksanaan pengukuran berlangsung amat lancar, karena juru ukur kami selalu dikawal senyum tulus warga, disapa dengan lantun kata santun. Senyum tulus yang mengambang, hidanganpun terhidang. Berbagai jajan dan minuman mengalir mbanyu mili. Semua ingin suguhannya dicicipi. Alhasil, selain mengatur strategi pengukuran yang efektif, juru ukur kami harus pandai menata kapasitas lambungnya agar tak kembung.

Seorang juru ukur kami yang asli Sunda dan baru paham bahasa Jawa, sangat akrab dengan kata ngunjuk rumiyin. Senyumnya merekah jika kata ngunjuk rumiyin terlontar dari warga. Tapi tak jarang ia harus menghela nafas panjang lantaran perutnya penuh, sementara kata ngunjuk rumiyin tak henti menyapa.

Keharmonisan juru ukur dengan Kepala Dukuh, Pokmas dan terlebih masyarakat terjalin sangat mesra. Menjadi jalinan pertemanan dan kekeluargaan. Tak jarang kamipun saling berkunjung di sela kesibukan.

Kini, meski telah berpindah ke Desa lain, tiap kali melintas di Desa Karangmojo, sapa warga, lambaian tangan dan sungging senyum tulus, selalu hangat terlontar.

Keharmonisan yang terjalin niscaya memberi rasa bahagia yang tersimpan di sanubari, meski kaki kami terus menapak untuk mengemban tugas berikutnya.

Ah.... terima kasih dulur dulur Karangmojo...........

Ir. Bambang Gatot Nugroho

Koordinator Pengukuran PTSL Gunungkidul 3, 4